Kadang kita sudah merasa melakukan semua syarat yang harus dilakukan agar usaha kita berhasil dan maju, namun tetap saja perjalanan ekonomi kita biasa-biasa saja kadang masih mengalami tersendat. Mungkin ini sebuah solusi untuk mendukung usaha dalam mensejahterakan penghidupan yaitu dengan Istighfar dan Taubat, mungkin dosa-dosa kita terlampau banyak sehingga menutupi jalannya rizki-rizki pada kita. Mengapa harus Istighfar dan Taubat?
Diantara sebab terpenting diturunkannya rizki adalah istighfar
(memohon ampunan) dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi
(kesalahan). Apa yang dapat dipetik dari istighfar dan taubat terdapat dua
pembahasan:
A.
Hakikat Istighfar dan Taubat
Sebagian besar orang menyangka bahwa
istighfar dan taubat hanyalah cukup dengan lisan semata. Mereka mengucapkan,
"Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya" Namun
tidak membekas dalam hati, juga tidak berpengaruh dalam sendi kehidupan.
Sesungguhnya yang demikian ini adalah perbuatan orang-orang dusta.
Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani menerangkan:
"Dalam istilah syara', taubat adalah meninggalkan dosa karena
keburukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berkeinginan kuat untuk
tidak mengulanginya dan berusaha melakukan apa yang bisa diulangi (diganti).
Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna."
Imam An-Nawawi menjelaskan: "Para
ulama berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat
(dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak
manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat
tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan
untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak
sah.
Jika taubat itu berkaitan dengan manusia
maka syaratnya ada empat. Ketiga syarat di atas dan keempat, hendaknya ia membebaskan
diri (memenuhi) hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya
maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau
sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta
maaf kepadanya. Jika berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf."
Adapun istighfar, sebagaimana diterangkan
Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani adalah "Meminta (ampunan) dengan ucapan dan
perbuatan. Dan firman Allah: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya
Dia Maha Pengampun." (Nuh: 10). Tidaklah berarti bahwa mereka
diperintahkan meminta ampun hanya dengan lisan semata, tetapi dengan lisan dan perbuatan.
Bahkan hingga dikatakan, memohon ampun (istighfar) hanya dengan lisan saja
tanpa disertai perbuatan adalah pekerjaan para pendusta.
B.
Istighfar dan taubat termasuk kunci rizki
Beberapa nash (teks) Al-Qur'an dan
Al-Hadits menunjukkan bahwa istighfar dan taubat termasuk sebab-sebab datangnya
rizki dari karunia Allah. Diantaranya adalah:
1.
Qur'an Surat Nuh ayat: 10-12 tentang Nuh
yang berkata kepada kaumnya, yang artinya: "Maka aku katakan kepada
mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan
harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula
di dalamnya) untukmu sungai-sungai'."
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menyatakan: "Makna-nya, jika
kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa
mentaatiNya niscaya Ia akan membanyakkan rizki kalian dan menurunkan air hujan
serta keberkahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi,
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk
kalian, membanyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun
yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan
sungai-sungai di antara kebun-kebun itu (untuk kalian)."
Imam Al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu
Shabih, bahwasanya ia berkata: "Ada seorang laki-laki mengadu kepada Al-Hasan
Al-Bashri tentang kegersangan (bumi) maka beliau berkata kepadanya,
"Beristighfarlah kepada Allah!" Yang lain mengadu kepadanya tentang
kemiskinan maka beliau berkata kepadanya, "Beristighfarlah kepada
Allah!" Yang lain lagi berkata kepadanya, "Do'akanlah (aku) kepada Allah,
agar ia memberiku anak!" Maka beliau mengatakan kepadanya,
"Beristighfarlah kepada Allah!" Dan yang lain lagi mengadu kepadanya
tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan (pula) kepadanya,
"Beristighfarlah kepa-da Allah!" Dan kami menganjurkan demikian
kepada orang yang mengalami hal yang sama.
2.
Qur'an Surat Hud ayat: 52 tentang seruan
Hud kepada kaumnya, yang artinya: "Dan
(Hud berkata), Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah
kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atasmu dan Dia akan menambahkan
kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat
dosa."
Al-Hafizh Ibnu katsir dalam tafsirnya menyatakan: "Kemudian
Hud memerintahkan kaumnya untuk beristighfar yang dengannya dosa-dosa yang lalu
dapat dihapuskan, kemudian memerintahkan mereka bertaubat untuk masa yang akan
mereka hadapi. Barangsiapa memiliki sifat seperti ini, niscaya Allah akan memudahkan
rizkinya, melancarkan urusannya dan menjaga keadaannya. Karena itu Allah
berfirman: "Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat lebat atas-mu". Ya
Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki sifat taubat dan
istighfar, dan mudahkanlah rizkirizki kami, lancarkanlah urusan-urusan kami
serta jagalah keadaan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha
Mengabulkan doa. Amin, wahai Dzat Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.
3.
Qur'an Surat Hud ayat: 3 yang artinya: "Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepadaNya. (jika kamu
mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus
menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan
memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
Kiamat."
Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan: "Inilah buah dari
istighfar dan taubat. Yakni Allah akan memberi kenikmatan kepada kalian dengan
berbagai manfaat berupa kelapangan rizki dan kemakmuran hidup serta Ia tidak
akan menyiksa kalian sebagaimana yang dilakukanNya terhadap orang-orang yang
dibinasakan sebelum kalian. Dan janji Tuhan Yang Maha Mulia itu diutarakan
dalam bentuk pemberian balasan sesuai dengan syaratnya.
4.
Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Abu
Dawud, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abdullah bin Abbas ia berkata,
Rasulullah bersabda: "Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada
Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk
setiap kesempitan-nya kelapangan dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari
arah yang tiada disangka-sangka".
Karena itu, kepada orang yang mengharapkan rizki hendaklah ia
segera untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun), baik dengan ucapan maupun
perbuatan. Dan hendaknya setiap muslim waspada, dari melakukan istighfar hanya
sebatas dengan lisan tanpa perbuatan. Sebab itu adalah pekerjaan para pendusta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar